ISLAM, GEMPA DAN GONCANGAN KEHIDUPAN

By: Azhari Agusti, SE., MM

BISMILLAH...
  
Tulisan ini akan mengajak kita melihat tentang Islam dalam menjalani kehidupan yang fana ini yang penuh dengan goncangan, baik goncangan fisik maupun goncangan bathin. Kita akan membahas tentang Islam itu secara umum terlebih dahulu seperti yang telah di tuntunkan oleh Baginda Rasulullah Muhammad SAW. Kemudian kita akan membahas hubungannya dengan gempa (goncangan) baik itu bersifat fisik maupun bathin.

ISLAM

Agama Islam itu ibarat sebuah “Bangunan”. Struktur bangunan Islam terdiri dari "Pondasi", “Penopang” atau “Tiang” dan “Atap”. Pondasi Bangunan Islam itu sendiri adalah "Rukun Iman", Penopangnya adalah "Rukun Islam" dan Atapnya adalah "Ihsan".

Pengertian ini telah dijelaskan dalam Hadis Jibril, ketika berdialog dengan Baginda Rasulullah Muhammad SAW tentang Iman, Islam, Ihsan dan Hari Kiamat. Di akhir dialog tersebut Rasulullah SAW menegaskan bahwa yang bertanya tersebut adalah Malaikat Jibril yang datang untuk mengajarkan agama. Yang artinya sebagai berikut:

“Sesungguhnya Jibril pernah datang kepada Nabi SAW dalam bentuk seorang Arab Badui, lalu ia bertanya kepadanya tentang Islam, maka Nabi menjawab, “Islam itu, ialah hendaknya engkau bersaksi sesungguhnya tidak ada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad itu utusan Allah, engkau mendirikan Shalat, engkau keluarkan Zakat, engkau Puasa di Bulan Ramadhan dan engkau menunaikan Ibadah Haji ke Baitullah jika engkau memiliki kemampuan ke sana. Lalu Jibril bertanya, apakah Iman itu? Nabi menjawab: “Yaitu hendaknya engkau beriman kepada Allah, kepada Malaikat Nya, kepada Kitab-Kitab Nya, kepada Para Utusan Nya, bangkit dari kubur sesudah mati, dan hendaknya engkau beriman kepada takdir tentang takdir baik dan buruknya. Jibril bertanya lagi, apakah Ihsan itu? Nabi menjawab, yaitu hendaknya engkau menyembah Allah yang seolah-olah engkau melihat Allah, jika engkau tidak bisa beribadah seolah-olah melihat Nya maka sesungguhnya Dia melihat engkau. Kemudian dalam akhir Hadits itu dikatakan Rasulullah SAW bersabda kepada para sahabatnya: Dia itu Jibril, Ia datang kepadamu untuk mengajarkan tentang agamamu” (H.R. Bukhari dan Muslim)

1.    Pondasi Islam itu adalah Rukun Iman
Mengenai Rukun Iman ini dijelaskan juga di dalam Tafsir Surat Al-‘Ashar di dalam Kitab Tafsir Juz ‘Amma yang ditulis oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin (dapat dibaca juga pada Blog ini: https://ariabdurrahman.blogspot.com/2019/01/tafsir-surat-al-ashr.html )

Keimanan yang tidak dicampuri dengan keraguan dan kebimbangan terhadap perkara iman yang dijelaskan Rasulullah SAW saat ditanya Jibril. Rasulullah SAW menjelaskannya ketika Jibril datang dan bertanya tentang iman, Rasulullah SAW bersabda:
           
“Kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, para RasulNya, hari akhirat, dan beriman kepada qadar baik dan buruk”

Siapa yang beriman dengan prinsip yang enam ini, merekalah yang disebut orang yang beriman. Keimanan tersebut harus bersih dari keraguan dan kebimbangan. Artinya, engkau beriman dengan rukun yang enam ini, seolah-olah engkau melihatnya dengan mata kepalamu sendiri. Dalam permasalahan ini, manusia terbagi menjadi tiga:

Pertama: mereka yang mempunyai keimanan yang murni tanpa keraguan sedikit pun.
Kedua  : orang kafir yang mengingkari rukun tersebut.
Ketiga  : mereka yang masih ragu dengan rukun tersebut.

Yang selamat di antara tiga golongan ini ialah golongan yang pertama yang mempunyai keimanan dengan tanpa keraguan. Beriman akan adanya Allah, kerububiyahanNya, keuluhiyahanNya, dengan nama dan sifat-sifatNya. Beriman kepada para malaikat yang ada di alam ghaib. Allah Ta’ala menciptakan mereka dari cahaya dan memberi mereka tugas-tugas, baik yang kita ketahui maupun tidak.

Malaikat Jibril bertugas menyampaikan wahyu dari Allah Ta’ala kepada para Nabi dan Rasul. Malaikat Mikail bertugas mengurusi hujan dan tumbuh-tumbuhan. Yakni, Allah ‘Azza wa Jalla memberinyya tugas untuk mengatur hujan serta hal-hal yang berkaitan dengan hujan dan juga mengatur tumbuh-tumbuhan. Malaikat Israfil bertugas meniup Sangkakala. Malaikat Malik bertugas menjaga naar (Neraka). Malaikat Ridhwan bertugas menjaga jannah (Surga). Dan ada di antara para malaikat yang tidak kita ketahui nama dan tugasnya. Sebagaimana yang tertera di dalam hadits Rasulullah SAW bahwa tidak ada tempat di langit meskipun hanya selebar empat jari kecuali di sana ada malaikat yang sedang berdiri menyembah Allah, atau sedang rukuk atau sujud (HR. at-Tirmidzi, dalam kitab az-Zuhd, bab: Kalaulah engkau tahu apa yang aku ketahui... (2312). Ia berkata,”Hadits hasaan gharib”. Dari hadits Abu Dzar al-Ghifari, dinyatakan shahih oleh Syaikh al-Albani dalam ash-Shahihah, II/299)[Islam manshur Abdul Hamid].

Begitu juga kita wajib beriman dengan kitab-kitab yang diturunkan Allah ‘Azza wa Jalla kepada para RasulNya ‘Alaihimus Shalatu was Salam. Kita juga wajib beriman dengan para Rasul yang telah diceritakan Allah kepada kita secara terperinci. Adapun yang tidak diceritakan kisahnya kepada kita, maka kita mengimaninya secara global. Sebab, ada Nabi dan Rasul yang tidak diceritakan Allah  Ta'ala kepada kita. Allah berfirman dalam QS. 40 (Al-Mukmin) ayat 78. “... diantara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu”.

Kemudian beriman dengan hari akhirat yaitu hari berbangkit. Pada saat itu manusia keluar dari kuburannya untuk diberi balasaan, mereka akan digiring dalam keadaan hufatan, ‘uratan, gharlan, buhman. Hufat yaitu tidak memakai alas kaki. ‘Urat: tidak memakai pakaian. Gharl: tidak berkhitan. Buhm: tidak mempunyai harta. Ketika Rasulullah SAW menceritakan kepada ‘Aisyah bahwa manusia digiring tanpa pakaian ia berkata, “Ya Rasulullah! Apakah lelaki dan wanita nanti tidak saling melihat?”. Rasulullah SAW menjawab,”Ada urusan yang lebih besar dari yang demikian itu”, yaitu dari pada urusan saling melihat. Karena masing-masing sedang sibuk dengan urusannya sendiri.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahiimallah berkata, “Beriman dengan hari akhirat yaitu beriman dengan setiap yang diberitakan Rasulullah SAW tentang apa yang terjadi setelah kematian. Engkau wajib beriman dengan adanya adzab kubur yakni adanya ujian setelah mayat dikebumikan dan pulangnya para pengantar. Ia akan didatangi dua malaikat yang bertanya tentang "Rabbnya, Agamanya dan Nabinya". Engkau juga wajib mengimani bahwa kuburan adalah salah satu dari taman jannah atau salah satu dari lubang naar. Artinya, di alam kubur ada adzab dan juga nikmat. Kemudian kamu wajib beriman dengan adanya jannah dan naar. Semua yang berkaitan dengan hari akhirat termasuk dalam pembahasan iman kepada Allah dan hari akhirat. Dan al-Qadar ialah takdir Allah ‘Azza wa Jalla yakni engkau wajib mengimani bahwa Allah Ta’ala Maha Berkuasa atas segala sesuatu. Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla menciptakan qalam (pena) dan berkata, “Tulislah!” Pena tersebut bertanya, “Apa yang harus aku tulis?” Allah SWT berfirman, “Tulislah segala yang ada sampai Hari Kiamat”. Maka tertulislah pada saat itu apa yang terjadi sampai Hari Kiamat.
(Telah disebutkan takhrijnya. Dari hadits Ubadah bin Shamit. Ia berkata: Aku telah mendengar Rasulullah SAW bersabda yang artinya, “Sesungguhnya makhluk pertama yang diciptakan oleh Allah adalah al-qalam. Lalu Allah berfirman kepadanya, “Tulislah!” Maka tertulislah pada saat itu apa yang terjadi hingga Hari Kiamat”. Dinyatakan shahih oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih al-Jami’, (no. 2017)[Islam Manshur Abdul Hamid].

Kesimpulannya bahwa kata iman yang tertera dalam ayat mencakup keimanan terhadap enam rukun iman yang telah dijelaskan Rasulullah SAW.

2.    Penopangnya adalah Rukun Islam

Hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim menyatakan bahwa, yang artinya:

”Dari Abdullah bin Umar r.a dia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “ Islam ditegakkan atas lima sendi: (1) Bersaksi bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah dan sesungguhnya bahwa Muhammad adalah utusan Allah, (2) Mendirikan Shalat, (3) Memberikan Zakat, (4) Menunaikan Ibadah Haji, dan (5) Berpuasa di Bulan Ramadhan”.

(1) Pengakuan bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan yang hakiki, yang boleh disembah dan dijadikan pusat tumpuan hajat yang di luar kemampuan manusia, kecuali Allah SWT, yang telah menciptakan segala sesuatu yang hanya di tangan kekuasaan Nya lah segala urusan dan pengaturannya.
Adapun yang disembah oleh orang-orang Jahiliyah, baik matahari, bulan, binatang lembu, arca maupun berhala, para nabi atau wali, sesungguhnya semuanya adalah batil dan sesat. Sebab mereka tidak bersyukur kepada yang maha memiliki dan memberi nikmat, malah kepada manusia atau sesuatu yang tidak akan dapat mendatangkan kepada mudharat dan manfaat dan hidup atau mati.
Demikian juga pengakuan bahwa sesungguhnya Muhammad adalah Rasul Allah yang diutus ketika fitrah dari beberapa rasul untuk menyalurkan petunjuk-petunjuk kepada manusia umatnya serta menunjukkan mereka kepada kebaikan yang hakiki dan membantu memberi penerangan kepada mereka tentang seluk beluk hidup.
Pengakuan dengan tunggalnya Allah dan keutusannya Nabi Muhammad sebagai Rasul, adalah dasar pokok pengakuan terhadap semua yang hakiki dan sumber petunjuk yang paling benar.

Pengakuan ini disebut juga dengan "Kalimah Syahadah". Dimana Kalimat Syahadat ini merupakan pintu masuk agar manusia itu disebut sebagai Umat Islam. Ibarat nya, pendaftaran sebagai Umat Islam itu harus dengan mengucapkan/mengikrarkan bahwa "Tidak Ada Tuhan Selain Allah dan Muhammad Adalah Rasul/Utusan/Pesuruh Allah". Sebaik apapun manusia itu bahkan telah beribu kebaikan yang telah diperbuatnya jika ia tidak "ber Syahadat", maka itu tidaklah bernilai ibadah, karena yang diperbuatnya itu bukan karena Allah atau mengikuti Rasul. Jadi kebaikan-kebaikan itu akan berimbas hanya untuk "dunia" nya saja dan tidak akan bermanfaat untuk kehidupan "akhirat" nya. Dengan dasar inilah akan berimplikasi terhadap "Rukun Islam" yang lainnya. Maksudnya dengan diucapkan/diikrarkan "Dua Kalimat Syahadat" ini, maka dia memiliki kewajiban terhadap "Rukun Islam" lainnya. 

(2)  Sendi Islam yang kedua ialah Shalat; Shalat menurut bahasa ialah doa, sedang menurut syara’ berarti menghadapkan jiwa dan raga kepada Allah SWT, karena taqwa hamba kepada Tuhannya, mengagungkan kebesaranNya dengan khusyu’ dan ikhlas dalam bentuk perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam, menurut cara-cara dan syarat-syarat yang telah ditentukan syara’.
Shalat ialah sebagai tali penyambung hubungan di antara hamba dan Tuhannya. Maka Dia Allah yang melimpahkan kebaikan dan mencurahkan rahmat kepada mereka. Shalat dapat membersihkan diri dari emosi kemegahan duniawi, melatih ikhlas serta menghindarkan diri dari sifat-sifat munafiq, membangkitkan ketangkasan di dalam gerak tubuh ketika bekerja, melatih tertib dan menunaikan tugas tepat pada waktu yang telah ditetapkan. Di dalam shalat dibaca Al Qur’an dengan hati khusyuk dan dengan fikiran sadar, maka diperoleh ilmu-ilmunya dan didapat pula petunjuk-petunjuknya, jiwa menjadi bersih dan akalpun menjadi cerah.
Dalam perintah shalat sekaligus Islam mengajarkan manusia untuk tidak melakukan perbuatan munkar yang tidak mempunyai nilai akhlak yang luhur, tetapi sebaliknya Islam mengajar manusia hidup bersahaja dengan akhlak yang mulia dalam keadaan yang bagaimanapun, sebagaimana dalam Al Qur’an (Surat Al Ankabut, ayat 45) menyatakan ketika Allah memerintahkan shalat wajib, sekaligus menerangkan hikmahnya, yang artinya: “Dan dirikanlah olehmu shalat, karena shalat ini dapat mencegak kamu dari kejahatan dan dari munkar (pekerjaan yang buruk dan keji)’. Dan di dalam Surat Al Mu’minun ayat 1-2 Allah berfirman, yang artinya: “Sungguh beruntunglah orang-orang yang beriman yang menjalankan shalatnya dengan khusyuk”.

(3)  Sendi Islam yang ketiga ialah Zakat; Zakat ialah mengeluarkan sebagian kecil dari harta kita, yang kita keluarkan untuk fakir miskin; kita tolong orang-orang yang berhutang yang terikat, dan kita perkuat agama Islam dengan sebagian harga zakat kita. Dengan demikian sungguh kita telah menghindarkan kesulitan dari mereka yang sedang dalam kesempitan; maka mereka menjadi simpati kepada kita. Mengeluarkan zakat membuat orang menjadi simpati kepada kita dan ikut melibtkan mereka turut menjaga harta kita, karena kita dianggap sumber rejekinya dan tempat kitalan mereka. Dengan demikian kitapun telah berbakti kepada agama dengan darma bakti yang berharga. Sebab kita telah berjuang untuk kepentingan agama dengan harta dan dengan demikianpun kita telah berbakti untuk diri kita sendiri dengan membersihkannya dari kotoran sifat bakhil dan kikir, sekaligus kita mengangkat orang lain dari kesulitan.

(4)   Sendi Islam yang keempat adalah Puasa di Bulan Ramadhan; membersihkan perut besar dari sisa makanan yang tertinggal, memberikan kesempatan istirahat kepada perut besar dari tugasnya sehari-hari, menimbulkan perasaan yang dialami fakir miskin. Karena dengan puasa kita bisa merasakan lapar dan haus. Maka kita menjadi ingat teman-teman dan saudara-saudara yang sedang dalam kesempitan, kita ingat mereka dengan pertolongan dan bantuan kita yang baik. Puasa membuat cerdas daya fikir kita; karena sakit perut sangat berpengaruh pada kecerdasan dan daya berfikir. Puasa bisa setiap saat mengingatkan kita kepada Allah yang menjaga kesenangan dan kenikmatan, sehingga mudahlah lisan kita berdzikir kepadaNya dan kita baca Al Qur’an yang mudah bagi kita dan masih banyak lagi hikmah dan rahasia puasa.
Dan kita yakit bahwa ibadah puasa pasti mengandung manfaat bagi manusia; juga kita menyadari bahwa manfaat puasa akan dapat dilihat dari segi kesehatan maupun dalam pembentukan sikap kepribadian. Tegasnya dari segi namapun ibadah puasa mampu memberikan kemanfaatan yang nyata.
Akan tetapi wajibnya perintah puasa itu sendiri bukanlah semata-mata lantaran adanya kemanfaatan-kemanfaatan itu; lebih dari itu ialah sebab Allah SWT menghendaki kita semua menjadi orang-orang yang taqwa.
Atas dasar kemanfaatan-kemanfaatan yang timbul dari pelaksanaan ibadah puasa itulah seseorang dapat meningkatkan pengabdian dan ketaatannya beribadah kepada Allah, sehingga menjadilah ia seorang yang berpredikat Muttaqin. Tentang kewajiban puasa ini, Allah SWT berfirman di dalam Surat Al Baqarah ayat 183, yang artinya: “Diwajibkan atasmu melakukan puasa sebagaimana diwajibkan atas umat sebelummu, agar supaya kamu menjadi orang yang  bertaqwa”.

(5)  Sendi Islam yang kelima adalah Menunaikan Ibadah Haji ke Baitil Haram yang diperintahkan kepada orang-orang yang mampu dan merupakan kelengkapan ibadah dari Rukun Islam yang lima.
Kita menunaikan ibadah haji ke tanah suci Mekah, sebuah kota yang dijamin aman, tempat lahir pemimpin dunia dan tempat munculnya Islam pertama kali. Kita ketahui sebagai rumah yang pertama kali diperuntukkan bagi umat manusia. Kita laksanakan semua amaliyah yang berbagai macam, semuanya merupakan pendekatan diri kepada Allah, yaitu tawaf, shalat, sa’i, wuquf di Arafah, dzikir, tahlil (ucapan Laa ilaaha illallah), membaca talbiyah, takbir, tahmid, memotong korban dan bersedekah kepada fakir miskin. Kita mendidik diri bepergian jauh dan mengingatkan kembali mula pertama bagaimana munculnya Islam. Kita berkumpul dengan saudara-saudara sesama muslim, yang datang dari berbagai negara, dari dunia timur dan barat. Kita dapat bertukar fikiran dengan mereka mengenai sesuatu yang mungkin dapat mengembalikan kejayaan Islam dan keagungannya atau yang dapat menjunjung tinggi derajat dan wibawa keberadaannya Islam di dunia. Kita perhatikan keadaan umat Islam di berbagai negara yang berbeda-beda. Maka ilmu adalah langkah awal untuk suatu pelaksanaan kepada hikmah-hikmah lain yang cukup membangkitkan kita untuk menaruh perhatian.

3.    Atapnya adalah Ihsan

Menurut Baginda Rasulullah Muhammad SAW, Ihsan yaitu: “Hendaknya engkau menyembah Allah yang seolah-olah engkau melihat Allah, jika engkau tidak bisa beribadah seolah-olah melihat Nya maka sesungguhnya Dia melihat engkau.

Dari pengertian tersebut dapat diterjemahkan bahwa dalam setiap gerak langkah kita selalu dalam keadaan beribadah dan selalu merasa melihat dan dilihat oleh Allah SWT. Karena setiap kebajikan yang kita lakukan dengan niat ikhlas karena Allah maka akan bernilai ibadah, apalagi di dalam ibadah wajib dan ibadah sunat. Sehingga dengan Ihsan ini akan selalu membimbing, mengontrol dan mengendalikan kita untuk selalu berada dalam perbuatan kebajikan.

Untuk menjadi penganut Agama Islam yang sejati (Kaffah), maka kita harus berupaya semaksimal mungkin untuk mengamalkan/mengaplikasikan Rukun Iman, Rukun Islam dan Ihsan itu dalam kehidupan sehari-hari. Jika kita sudah terbiasa melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari maka kita dapat dikatakan dengan manusia yang Mukmin, Muslim dan Muhsin. Muslim saja, itu belumlah cukup, kita juga harus menjadi Mukmin. Karena yang seringkali dipanggil oleh Allah SWT untuk melaksanakan perintah adalah bagi "Orang-orang Yang Mukmin", "Yaa Ayyuhalladzina aamanu", jika kita mendapati kalimat yang diawali seperti itu, maka itu harus menjadi perhatian bagi kita karena kalimat setelah itu merupakan kalimat yang sangat penting untuk kita ketahui dan kita laksanakan.

Kita dapat bermohon kepada Allah SWT agar kita selalu dituntun, dibimbing dan diberi petunjuk oleh Allah agar kita dapat menjadi Muslimin, Mukminin dan Muhsinin. Bisa berdo'a dengan mengucapkan "Allahummaj 'alni Min 'Ibaadi Ka Muslimiin, Waj 'alni Min 'Ibaadi Ka Mukminiin, Waj 'alni Min 'Ibaadi Ka Muhsiniin", artinya: Yaa Allah jadikanlah aku menjadi hamba Mu yang Islam dan jadikanlah aku menjadi hamba Mu yang beriman dan jadikanlah aku menjadi hamba Mu yang Ihsan.

GEMPA

Menurut Wikipedia, Gempa bumi adalah getaran atau getar-getar yang terjadi di permukaan bumi akibat pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba yang menciptakan gelombang seismik. Gempa Bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak Bumi (lempeng Bumi). Frekuensi suatu wilayah, mengacu pada jenis dan ukuran gempa Bumi yang dialami selama periode waktu.

Di antara negara-negara yang telah menyatakan siap menghadapi gempa bumi adalah negara Jepang (Sebuah Negara Maju), dimana mereka telah memiliki ilmu dan teknologi untuk membuat bangunan yang tahan gempa. Untuk mendirikan sebuah bangunan yang kokoh dan indah serta menarik, maka akan ditentukan oleh faktor-faktor atau elemen-elemen yang digunakan untuk membuat bangunan tersebut. Di mana faktor penentu (terbesar) dari sebuah bangunan yang tahan gempa itu adalah terletak pada struktur dan kekuatan pondasinya, karena pondasi itulah nanti yang menghujam ke bumi dan menyatukannya dengan bangunan yang akan didirikan. Bentuk, struktur dan kekuatan dari sebuah pondasi tersebut akan menjadi faktor penentu juga terhadap bentuk dan struktur dan kekuatan bangunan yang akan didirikan di atas pondasi tersebut.

Gempa itu sangat berpengaruh terhadap kelangsungan berdirinya sebuah bangunan/rumah di atas bumi ini. Gempa itu dapat berasal dari darat dan laut. Jika kita tilik penyebab gempa itu adalah berubahnya struktur keadaan tanah yang usianya yang bertambah yang seiring dengan data statistik kemunculan gempa tersebut. Jika bangunan itu kuat dan kokoh, maka bangunan tersebut akan selamat dari gempa yang sesuai dengan skala nya. Jika bahan, cara pembuatan bangunan tersebut memiliki mutu yang tinggi, maka dapat diprediksi bangunan tersebut akan selamat dari gempa.

GONCANGAN KEHIDUPAN

Seperti hanya dengan bumi yang terkadang, bahkan sering terjadi gempa (getaran/goncangan), begitu juga dengan kehidupan yang mengisi dunia ini. Kehidupan setiap insan berbeda-beda goncangan dan cara menyikapi goncangan tersebut. Terkadang goncangan kehidupan yang datang begitu kuat dan sering terjadi goncangan susulan dalam hidup kita ini. Mungkin Jepang bisa dijadikan rujukan dalam membangun fisik rumah kita dalam menghadapi gempa. Seiring dengan itu, maka Islam adalah agama yang diredhoi oleh Allah SWT yang harus kita jadikan rujukan dalam membangun bathin kita dalam menghadapi goncangan kehidupan ini. Islam dengan jelas dan rinci mengajarkan kepada kita tentang bagaimana menghadapi goncangan (persoalan-persoalan/musibah-musibah) dalam menjalani kehidupan ini. Allah SWT – Sang Khaliq telah mempersiapkan buku petunjuk yang harus kita jadikan sebagai rujukan kita sebagai makhluk Nya, yakni Al Qur’an dan Rasulullah juga telah menjabarkannya dalam berbagai Hadit yang Beliau Sabdakan kepada umatnya. Itu semua bergantung kepada kita saja lagi, apakah kita akan merujuk kepada Al Qur’an dan Hadis tersebut dalam menghadapi segala goncangan kehidupan ini.

Rasulullah SAW mengawali dakwahnya adalah dengan membangun pondasi Aqidah dan menanamkan keimanan di lubuk hati para sahabatnya, sebelum akhirnya Rasulullah SAW mengajarkan praktek-praktek ibadah fisik. Dan ini sesuai dengan tabiat wahyu, bahwa kelompok Al Qur’an yang turun di Mekah, sebelum Nabi Hijrah adalah seputar masalah Aqidah dan Keimanan. Inilah yang terpenting sekali dalam menghadapi hidup ini. Jangan sampai karena goncangan kehidupan, “Akidah kita Tergadaikan”, sekali-kali jangan sampai itu yang kita lakukan. Apapun yang akan terjadi dalam hidup ini, maka "Pondasi Jangan Sampai Hancur". Jangan kotori/cemari Akidah kita karena sulitnya mendapatkan kebutuhan dan keinginan hidup kita ini. 
Mari Kita Pertahankan Aqidah Kita Ini. 
Jangan Kita Perserikatkan Allah Dengan Yang Selain Dari Dia.
Mintalah Hanya Kepada Allah SWT.
Dialah Yang Berkuasa Atas Segala Sesuatu.

Semoga Bermanfaat...
Wassalamu’alaykum Wr Wb...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ilmu Pemasaran Dalam Politik Indonesia (Marketing Science in Indonesian Politics)

BAGINDA RASULULLAH MUHAMMAD SAW DALAM ANALISA ANGKA (IN NUMERIKAL ANALYSIS)

DO’A UNTUK MELENYAPKAN KESUSAHAN DAN KESEDIHAN