ISLAM, GEMPA DAN GONCANGAN KEHIDUPAN
By: Azhari Agusti, SE., MM
BISMILLAH...
Tulisan
ini akan mengajak kita melihat tentang Islam dalam menjalani kehidupan yang
fana ini yang penuh dengan goncangan, baik goncangan fisik maupun goncangan
bathin. Kita akan membahas tentang Islam itu secara umum terlebih dahulu
seperti yang telah di tuntunkan oleh Baginda Rasulullah Muhammad SAW. Kemudian kita
akan membahas hubungannya dengan gempa (goncangan) baik itu bersifat fisik
maupun bathin.
ISLAM
Agama
Islam itu ibarat sebuah “Bangunan”. Struktur bangunan Islam terdiri dari "Pondasi", “Penopang” atau “Tiang” dan “Atap”. Pondasi Bangunan Islam itu sendiri
adalah "Rukun Iman", Penopangnya adalah "Rukun Islam" dan Atapnya adalah "Ihsan".
Pengertian
ini telah dijelaskan dalam Hadis Jibril, ketika berdialog dengan Baginda
Rasulullah Muhammad SAW tentang Iman, Islam, Ihsan dan Hari Kiamat. Di akhir
dialog tersebut Rasulullah SAW menegaskan bahwa yang bertanya tersebut adalah
Malaikat Jibril yang datang untuk mengajarkan agama. Yang artinya sebagai
berikut:
“Sesungguhnya
Jibril pernah datang kepada Nabi SAW dalam bentuk seorang Arab Badui, lalu ia
bertanya kepadanya tentang Islam, maka Nabi menjawab, “Islam itu, ialah
hendaknya engkau bersaksi sesungguhnya tidak ada Tuhan selain Allah dan
sesungguhnya Muhammad itu utusan Allah, engkau mendirikan Shalat, engkau
keluarkan Zakat, engkau Puasa di Bulan Ramadhan dan engkau menunaikan Ibadah
Haji ke Baitullah jika engkau memiliki kemampuan ke sana. Lalu Jibril bertanya,
apakah Iman itu? Nabi menjawab: “Yaitu hendaknya engkau beriman kepada Allah,
kepada Malaikat Nya, kepada Kitab-Kitab Nya, kepada Para Utusan Nya, bangkit
dari kubur sesudah mati, dan hendaknya engkau beriman kepada takdir tentang
takdir baik dan buruknya. Jibril bertanya lagi, apakah Ihsan itu? Nabi
menjawab, yaitu hendaknya engkau menyembah Allah yang seolah-olah engkau
melihat Allah, jika engkau tidak bisa beribadah seolah-olah melihat Nya maka
sesungguhnya Dia melihat engkau. Kemudian dalam akhir Hadits itu dikatakan
Rasulullah SAW bersabda kepada para sahabatnya: Dia itu Jibril, Ia datang
kepadamu untuk mengajarkan tentang agamamu” (H.R. Bukhari dan Muslim)
1.
Pondasi Islam
itu adalah Rukun Iman
Mengenai Rukun
Iman ini dijelaskan juga di dalam Tafsir Surat Al-‘Ashar di dalam Kitab Tafsir
Juz ‘Amma yang ditulis oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin (dapat
dibaca juga pada Blog ini: https://ariabdurrahman.blogspot.com/2019/01/tafsir-surat-al-ashr.html )
Keimanan
yang tidak dicampuri dengan keraguan dan kebimbangan terhadap perkara iman yang
dijelaskan Rasulullah SAW saat ditanya Jibril. Rasulullah SAW menjelaskannya
ketika Jibril datang dan bertanya tentang iman, Rasulullah SAW bersabda:
“Kamu
beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, para RasulNya, hari
akhirat, dan beriman kepada qadar baik dan buruk”
Siapa
yang beriman dengan prinsip yang enam ini, merekalah yang disebut orang yang
beriman. Keimanan tersebut harus bersih dari keraguan dan kebimbangan. Artinya,
engkau beriman dengan rukun yang enam ini, seolah-olah engkau melihatnya dengan
mata kepalamu sendiri. Dalam permasalahan ini, manusia terbagi menjadi tiga:
Pertama: mereka yang mempunyai keimanan yang murni tanpa keraguan sedikit pun.
Kedua : orang kafir yang mengingkari rukun
tersebut.
Ketiga : mereka yang masih ragu dengan rukun
tersebut.
Yang
selamat di antara tiga golongan ini ialah golongan yang pertama yang mempunyai
keimanan dengan tanpa keraguan. Beriman akan adanya Allah, kerububiyahanNya,
keuluhiyahanNya, dengan nama dan sifat-sifatNya. Beriman kepada para malaikat
yang ada di alam ghaib. Allah Ta’ala menciptakan mereka dari cahaya dan memberi
mereka tugas-tugas, baik yang kita ketahui maupun tidak.
Malaikat
Jibril bertugas menyampaikan wahyu dari Allah Ta’ala kepada para Nabi dan
Rasul. Malaikat Mikail bertugas mengurusi hujan dan tumbuh-tumbuhan. Yakni,
Allah ‘Azza wa Jalla memberinyya tugas untuk mengatur hujan serta hal-hal yang
berkaitan dengan hujan dan juga mengatur tumbuh-tumbuhan. Malaikat Israfil
bertugas meniup Sangkakala. Malaikat Malik bertugas menjaga naar (Neraka).
Malaikat Ridhwan bertugas menjaga jannah (Surga). Dan ada di antara para
malaikat yang tidak kita ketahui nama dan tugasnya. Sebagaimana yang tertera di
dalam hadits Rasulullah SAW bahwa tidak ada tempat di langit meskipun hanya
selebar empat jari kecuali di sana ada malaikat yang sedang berdiri menyembah
Allah, atau sedang rukuk atau sujud (HR. at-Tirmidzi, dalam kitab az-Zuhd, bab:
Kalaulah engkau tahu apa yang aku ketahui... (2312). Ia berkata,”Hadits hasaan
gharib”. Dari hadits Abu Dzar al-Ghifari, dinyatakan shahih oleh Syaikh
al-Albani dalam ash-Shahihah, II/299)[Islam manshur Abdul Hamid].
Begitu
juga kita wajib beriman dengan kitab-kitab yang diturunkan Allah ‘Azza wa Jalla
kepada para RasulNya ‘Alaihimus Shalatu was Salam. Kita juga wajib beriman
dengan para Rasul yang telah diceritakan Allah kepada kita secara terperinci.
Adapun yang tidak diceritakan kisahnya kepada kita, maka kita mengimaninya
secara global. Sebab, ada Nabi dan Rasul yang tidak diceritakan Allah Ta'ala kepada
kita. Allah berfirman dalam QS. 40 (Al-Mukmin) ayat 78. “... diantara mereka ada yang
Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang tidak Kami
ceritakan kepadamu”.
Kemudian
beriman dengan hari akhirat yaitu hari berbangkit. Pada saat itu manusia keluar
dari kuburannya untuk diberi balasaan, mereka akan digiring dalam keadaan
hufatan, ‘uratan, gharlan, buhman. Hufat yaitu tidak memakai alas kaki. ‘Urat:
tidak memakai pakaian. Gharl: tidak berkhitan. Buhm: tidak mempunyai harta.
Ketika Rasulullah SAW menceritakan kepada ‘Aisyah bahwa manusia digiring tanpa
pakaian ia berkata, “Ya Rasulullah! Apakah lelaki dan wanita nanti tidak saling
melihat?”. Rasulullah SAW menjawab,”Ada urusan yang lebih besar dari yang
demikian itu”, yaitu dari pada urusan saling melihat. Karena masing-masing
sedang sibuk dengan urusannya sendiri.
Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyah Rahiimallah berkata, “Beriman dengan hari akhirat yaitu
beriman dengan setiap yang diberitakan Rasulullah SAW tentang apa yang terjadi
setelah kematian. Engkau wajib beriman dengan adanya adzab kubur yakni adanya
ujian setelah mayat dikebumikan dan pulangnya para pengantar. Ia akan didatangi
dua malaikat yang bertanya tentang "Rabbnya, Agamanya dan Nabinya". Engkau juga
wajib mengimani bahwa kuburan adalah salah satu dari taman jannah atau salah
satu dari lubang naar. Artinya, di alam kubur ada adzab dan juga nikmat.
Kemudian kamu wajib beriman dengan adanya jannah dan naar. Semua yang berkaitan
dengan hari akhirat termasuk dalam pembahasan iman kepada Allah dan hari
akhirat. Dan al-Qadar ialah takdir Allah ‘Azza wa Jalla yakni engkau wajib
mengimani bahwa Allah Ta’ala Maha Berkuasa atas segala sesuatu. Sesungguhnya
Allah ‘Azza wa Jalla menciptakan qalam (pena) dan berkata, “Tulislah!” Pena
tersebut bertanya, “Apa yang harus aku tulis?” Allah SWT berfirman, “Tulislah
segala yang ada sampai Hari Kiamat”. Maka tertulislah pada saat itu apa yang
terjadi sampai Hari Kiamat.
(Telah disebutkan takhrijnya. Dari hadits Ubadah bin Shamit. Ia berkata: Aku telah mendengar Rasulullah SAW bersabda yang artinya, “Sesungguhnya makhluk pertama yang diciptakan oleh Allah adalah al-qalam. Lalu Allah berfirman kepadanya, “Tulislah!” Maka tertulislah pada saat itu apa yang terjadi hingga Hari Kiamat”. Dinyatakan shahih oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih al-Jami’, (no. 2017)[Islam Manshur Abdul Hamid].
(Telah disebutkan takhrijnya. Dari hadits Ubadah bin Shamit. Ia berkata: Aku telah mendengar Rasulullah SAW bersabda yang artinya, “Sesungguhnya makhluk pertama yang diciptakan oleh Allah adalah al-qalam. Lalu Allah berfirman kepadanya, “Tulislah!” Maka tertulislah pada saat itu apa yang terjadi hingga Hari Kiamat”. Dinyatakan shahih oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih al-Jami’, (no. 2017)[Islam Manshur Abdul Hamid].
Kesimpulannya
bahwa kata iman yang tertera dalam ayat mencakup keimanan terhadap enam rukun
iman yang telah dijelaskan Rasulullah SAW.
2.
Penopangnya
adalah Rukun Islam
Hadis
yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim menyatakan bahwa, yang artinya:
”Dari
Abdullah bin Umar r.a dia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “
Islam ditegakkan atas lima sendi: (1) Bersaksi bahwa tidak ada Tuhan kecuali
Allah dan sesungguhnya bahwa Muhammad adalah utusan Allah, (2) Mendirikan
Shalat, (3) Memberikan Zakat, (4) Menunaikan Ibadah Haji, dan (5) Berpuasa di
Bulan Ramadhan”.
(1) Pengakuan
bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan yang hakiki, yang boleh disembah dan
dijadikan pusat tumpuan hajat yang di luar kemampuan manusia, kecuali Allah SWT,
yang telah menciptakan segala sesuatu yang hanya di tangan kekuasaan Nya lah
segala urusan dan pengaturannya.
Adapun yang disembah oleh orang-orang
Jahiliyah, baik matahari, bulan, binatang lembu, arca maupun berhala, para nabi
atau wali, sesungguhnya semuanya adalah batil dan sesat. Sebab mereka tidak
bersyukur kepada yang maha memiliki dan memberi nikmat, malah kepada manusia
atau sesuatu yang tidak akan dapat mendatangkan kepada mudharat dan manfaat dan
hidup atau mati.
Demikian juga pengakuan bahwa
sesungguhnya Muhammad adalah Rasul Allah yang diutus ketika fitrah dari
beberapa rasul untuk menyalurkan petunjuk-petunjuk kepada manusia umatnya serta
menunjukkan mereka kepada kebaikan yang hakiki dan membantu memberi penerangan
kepada mereka tentang seluk beluk hidup.
Pengakuan dengan tunggalnya Allah dan
keutusannya Nabi Muhammad sebagai Rasul, adalah dasar pokok pengakuan terhadap
semua yang hakiki dan sumber petunjuk yang paling benar.
Pengakuan ini disebut juga dengan "Kalimah Syahadah". Dimana Kalimat Syahadat ini merupakan pintu masuk agar manusia itu disebut sebagai Umat Islam. Ibarat nya, pendaftaran sebagai Umat Islam itu harus dengan mengucapkan/mengikrarkan bahwa "Tidak Ada Tuhan Selain Allah dan Muhammad Adalah Rasul/Utusan/Pesuruh Allah". Sebaik apapun manusia itu bahkan telah beribu kebaikan yang telah diperbuatnya jika ia tidak "ber Syahadat", maka itu tidaklah bernilai ibadah, karena yang diperbuatnya itu bukan karena Allah atau mengikuti Rasul. Jadi kebaikan-kebaikan itu akan berimbas hanya untuk "dunia" nya saja dan tidak akan bermanfaat untuk kehidupan "akhirat" nya. Dengan dasar inilah akan berimplikasi terhadap "Rukun Islam" yang lainnya. Maksudnya dengan diucapkan/diikrarkan "Dua Kalimat Syahadat" ini, maka dia memiliki kewajiban terhadap "Rukun Islam" lainnya.
Pengakuan ini disebut juga dengan "Kalimah Syahadah". Dimana Kalimat Syahadat ini merupakan pintu masuk agar manusia itu disebut sebagai Umat Islam. Ibarat nya, pendaftaran sebagai Umat Islam itu harus dengan mengucapkan/mengikrarkan bahwa "Tidak Ada Tuhan Selain Allah dan Muhammad Adalah Rasul/Utusan/Pesuruh Allah". Sebaik apapun manusia itu bahkan telah beribu kebaikan yang telah diperbuatnya jika ia tidak "ber Syahadat", maka itu tidaklah bernilai ibadah, karena yang diperbuatnya itu bukan karena Allah atau mengikuti Rasul. Jadi kebaikan-kebaikan itu akan berimbas hanya untuk "dunia" nya saja dan tidak akan bermanfaat untuk kehidupan "akhirat" nya. Dengan dasar inilah akan berimplikasi terhadap "Rukun Islam" yang lainnya. Maksudnya dengan diucapkan/diikrarkan "Dua Kalimat Syahadat" ini, maka dia memiliki kewajiban terhadap "Rukun Islam" lainnya.
(2) Sendi
Islam yang kedua ialah Shalat; Shalat menurut bahasa ialah doa, sedang menurut
syara’ berarti menghadapkan jiwa dan raga kepada Allah SWT, karena taqwa hamba
kepada Tuhannya, mengagungkan kebesaranNya dengan khusyu’ dan ikhlas dalam
bentuk perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan
salam, menurut cara-cara dan syarat-syarat yang telah ditentukan syara’.
Shalat ialah sebagai tali penyambung
hubungan di antara hamba dan Tuhannya. Maka Dia Allah yang melimpahkan kebaikan
dan mencurahkan rahmat kepada mereka. Shalat dapat membersihkan diri dari emosi
kemegahan duniawi, melatih ikhlas serta menghindarkan diri dari sifat-sifat
munafiq, membangkitkan ketangkasan di dalam gerak tubuh ketika bekerja, melatih
tertib dan menunaikan tugas tepat pada waktu yang telah ditetapkan. Di dalam
shalat dibaca Al Qur’an dengan hati khusyuk dan dengan fikiran sadar, maka
diperoleh ilmu-ilmunya dan didapat pula petunjuk-petunjuknya, jiwa menjadi
bersih dan akalpun menjadi cerah.
Dalam perintah shalat sekaligus Islam
mengajarkan manusia untuk tidak melakukan perbuatan munkar yang tidak mempunyai
nilai akhlak yang luhur, tetapi sebaliknya Islam mengajar manusia hidup
bersahaja dengan akhlak yang mulia dalam keadaan yang bagaimanapun, sebagaimana
dalam Al Qur’an (Surat Al Ankabut, ayat 45) menyatakan ketika Allah
memerintahkan shalat wajib, sekaligus menerangkan hikmahnya, yang artinya: “Dan
dirikanlah olehmu shalat, karena shalat ini dapat mencegak kamu dari kejahatan
dan dari munkar (pekerjaan yang buruk dan keji)’. Dan di dalam Surat Al
Mu’minun ayat 1-2 Allah berfirman, yang artinya: “Sungguh beruntunglah orang-orang
yang beriman yang menjalankan shalatnya dengan khusyuk”.
(3) Sendi
Islam yang ketiga ialah Zakat; Zakat ialah mengeluarkan sebagian kecil dari
harta kita, yang kita keluarkan untuk fakir miskin; kita tolong orang-orang
yang berhutang yang terikat, dan kita perkuat agama Islam dengan sebagian harga
zakat kita. Dengan demikian sungguh kita telah menghindarkan kesulitan dari
mereka yang sedang dalam kesempitan; maka mereka menjadi simpati kepada kita.
Mengeluarkan zakat membuat orang menjadi simpati kepada kita dan ikut melibtkan
mereka turut menjaga harta kita, karena kita dianggap sumber rejekinya dan
tempat kitalan mereka. Dengan demikian kitapun telah berbakti kepada agama dengan
darma bakti yang berharga. Sebab kita telah berjuang untuk kepentingan agama
dengan harta dan dengan demikianpun kita telah berbakti untuk diri kita sendiri
dengan membersihkannya dari kotoran sifat bakhil dan kikir, sekaligus kita
mengangkat orang lain dari kesulitan.
(4) Sendi
Islam yang keempat adalah Puasa di Bulan Ramadhan; membersihkan perut besar
dari sisa makanan yang tertinggal, memberikan kesempatan istirahat kepada perut
besar dari tugasnya sehari-hari, menimbulkan perasaan yang dialami fakir miskin.
Karena dengan puasa kita bisa merasakan lapar dan haus. Maka kita menjadi ingat
teman-teman dan saudara-saudara yang sedang dalam kesempitan, kita ingat mereka
dengan pertolongan dan bantuan kita yang baik. Puasa membuat cerdas daya fikir kita;
karena sakit perut sangat berpengaruh pada kecerdasan dan daya berfikir. Puasa
bisa setiap saat mengingatkan kita kepada Allah yang menjaga kesenangan dan
kenikmatan, sehingga mudahlah lisan kita berdzikir kepadaNya dan kita baca Al
Qur’an yang mudah bagi kita dan masih banyak lagi hikmah dan rahasia puasa.
Dan
kita yakit bahwa ibadah puasa pasti mengandung manfaat bagi manusia; juga kita
menyadari bahwa manfaat puasa akan dapat dilihat dari segi kesehatan maupun
dalam pembentukan sikap kepribadian. Tegasnya dari segi namapun ibadah puasa
mampu memberikan kemanfaatan yang nyata.
Akan
tetapi wajibnya perintah puasa itu sendiri bukanlah semata-mata lantaran adanya
kemanfaatan-kemanfaatan itu; lebih dari itu ialah sebab Allah SWT menghendaki
kita semua menjadi orang-orang yang taqwa.
Atas
dasar kemanfaatan-kemanfaatan yang timbul dari pelaksanaan ibadah puasa itulah
seseorang dapat meningkatkan pengabdian dan ketaatannya beribadah kepada Allah,
sehingga menjadilah ia seorang yang berpredikat Muttaqin. Tentang kewajiban puasa ini, Allah SWT berfirman di dalam
Surat Al Baqarah ayat 183, yang artinya: “Diwajibkan atasmu melakukan puasa
sebagaimana diwajibkan atas umat sebelummu, agar supaya kamu menjadi orang
yang bertaqwa”.
(5) Sendi
Islam yang kelima adalah Menunaikan Ibadah Haji ke Baitil Haram yang
diperintahkan kepada orang-orang yang mampu dan merupakan kelengkapan ibadah
dari Rukun Islam yang lima.
Kita menunaikan ibadah haji ke tanah
suci Mekah, sebuah kota yang dijamin aman, tempat lahir pemimpin dunia dan
tempat munculnya Islam pertama kali. Kita ketahui sebagai rumah yang pertama
kali diperuntukkan bagi umat manusia. Kita laksanakan semua amaliyah yang
berbagai macam, semuanya merupakan pendekatan diri kepada Allah, yaitu tawaf,
shalat, sa’i, wuquf di Arafah, dzikir, tahlil (ucapan Laa ilaaha illallah),
membaca talbiyah, takbir, tahmid, memotong korban dan bersedekah kepada fakir
miskin. Kita mendidik diri bepergian jauh dan mengingatkan kembali mula pertama
bagaimana munculnya Islam. Kita berkumpul dengan saudara-saudara sesama muslim,
yang datang dari berbagai negara, dari dunia timur dan barat. Kita dapat
bertukar fikiran dengan mereka mengenai sesuatu yang mungkin dapat
mengembalikan kejayaan Islam dan keagungannya atau yang dapat menjunjung tinggi
derajat dan wibawa keberadaannya Islam di dunia. Kita perhatikan keadaan umat
Islam di berbagai negara yang berbeda-beda. Maka ilmu adalah langkah awal untuk
suatu pelaksanaan kepada hikmah-hikmah lain yang cukup membangkitkan kita untuk
menaruh perhatian.
3.
Atapnya adalah
Ihsan
Menurut
Baginda Rasulullah Muhammad SAW, Ihsan yaitu: “Hendaknya engkau menyembah Allah
yang seolah-olah engkau melihat Allah, jika engkau tidak bisa beribadah
seolah-olah melihat Nya maka sesungguhnya Dia melihat engkau.
Dari
pengertian tersebut dapat diterjemahkan bahwa dalam setiap gerak langkah kita
selalu dalam keadaan beribadah dan selalu merasa melihat dan dilihat oleh Allah
SWT. Karena setiap kebajikan yang kita lakukan dengan niat ikhlas karena Allah
maka akan bernilai ibadah, apalagi di dalam ibadah wajib dan ibadah sunat. Sehingga
dengan Ihsan ini akan selalu membimbing, mengontrol dan mengendalikan kita
untuk selalu berada dalam perbuatan kebajikan.
Untuk menjadi penganut Agama Islam yang sejati (Kaffah), maka kita harus berupaya semaksimal mungkin untuk mengamalkan/mengaplikasikan Rukun Iman, Rukun Islam dan Ihsan itu dalam kehidupan sehari-hari. Jika kita sudah terbiasa melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari maka kita dapat dikatakan dengan manusia yang Mukmin, Muslim dan Muhsin. Muslim saja, itu belumlah cukup, kita juga harus menjadi Mukmin. Karena yang seringkali dipanggil oleh Allah SWT untuk melaksanakan perintah adalah bagi "Orang-orang Yang Mukmin", "Yaa Ayyuhalladzina aamanu", jika kita mendapati kalimat yang diawali seperti itu, maka itu harus menjadi perhatian bagi kita karena kalimat setelah itu merupakan kalimat yang sangat penting untuk kita ketahui dan kita laksanakan.
Kita dapat bermohon kepada Allah SWT agar kita selalu dituntun, dibimbing dan diberi petunjuk oleh Allah agar kita dapat menjadi Muslimin, Mukminin dan Muhsinin. Bisa berdo'a dengan mengucapkan "Allahummaj 'alni Min 'Ibaadi Ka Muslimiin, Waj 'alni Min 'Ibaadi Ka Mukminiin, Waj 'alni Min 'Ibaadi Ka Muhsiniin", artinya: Yaa Allah jadikanlah aku menjadi hamba Mu yang Islam dan jadikanlah aku menjadi hamba Mu yang beriman dan jadikanlah aku menjadi hamba Mu yang Ihsan.
Untuk menjadi penganut Agama Islam yang sejati (Kaffah), maka kita harus berupaya semaksimal mungkin untuk mengamalkan/mengaplikasikan Rukun Iman, Rukun Islam dan Ihsan itu dalam kehidupan sehari-hari. Jika kita sudah terbiasa melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari maka kita dapat dikatakan dengan manusia yang Mukmin, Muslim dan Muhsin. Muslim saja, itu belumlah cukup, kita juga harus menjadi Mukmin. Karena yang seringkali dipanggil oleh Allah SWT untuk melaksanakan perintah adalah bagi "Orang-orang Yang Mukmin", "Yaa Ayyuhalladzina aamanu", jika kita mendapati kalimat yang diawali seperti itu, maka itu harus menjadi perhatian bagi kita karena kalimat setelah itu merupakan kalimat yang sangat penting untuk kita ketahui dan kita laksanakan.
Kita dapat bermohon kepada Allah SWT agar kita selalu dituntun, dibimbing dan diberi petunjuk oleh Allah agar kita dapat menjadi Muslimin, Mukminin dan Muhsinin. Bisa berdo'a dengan mengucapkan "Allahummaj 'alni Min 'Ibaadi Ka Muslimiin, Waj 'alni Min 'Ibaadi Ka Mukminiin, Waj 'alni Min 'Ibaadi Ka Muhsiniin", artinya: Yaa Allah jadikanlah aku menjadi hamba Mu yang Islam dan jadikanlah aku menjadi hamba Mu yang beriman dan jadikanlah aku menjadi hamba Mu yang Ihsan.
GEMPA
Menurut
Wikipedia, Gempa bumi adalah getaran atau getar-getar yang terjadi di
permukaan bumi akibat pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba yang
menciptakan gelombang seismik. Gempa Bumi biasa disebabkan oleh pergerakan
kerak Bumi (lempeng Bumi). Frekuensi suatu wilayah, mengacu pada jenis dan ukuran gempa Bumi yang dialami
selama periode waktu.
Di
antara negara-negara yang telah menyatakan siap menghadapi gempa bumi adalah
negara Jepang (Sebuah Negara Maju), dimana mereka telah memiliki ilmu dan
teknologi untuk membuat bangunan yang tahan gempa. Untuk mendirikan sebuah
bangunan yang kokoh dan indah serta menarik, maka akan ditentukan oleh
faktor-faktor atau elemen-elemen yang digunakan untuk membuat bangunan
tersebut. Di mana faktor penentu (terbesar) dari sebuah bangunan yang tahan
gempa itu adalah terletak pada struktur dan kekuatan pondasinya, karena pondasi
itulah nanti yang menghujam ke bumi dan menyatukannya dengan bangunan yang akan
didirikan. Bentuk, struktur dan kekuatan dari sebuah pondasi tersebut akan
menjadi faktor penentu juga terhadap bentuk dan struktur dan kekuatan bangunan
yang akan didirikan di atas pondasi tersebut.
Gempa
itu sangat berpengaruh terhadap kelangsungan berdirinya sebuah bangunan/rumah
di atas bumi ini. Gempa itu dapat berasal dari darat dan laut. Jika kita tilik
penyebab gempa itu adalah berubahnya struktur keadaan tanah yang usianya yang
bertambah yang seiring dengan data statistik kemunculan gempa tersebut. Jika bangunan
itu kuat dan kokoh, maka bangunan tersebut akan selamat dari gempa yang sesuai
dengan skala nya. Jika bahan, cara pembuatan bangunan tersebut memiliki mutu
yang tinggi, maka dapat diprediksi bangunan tersebut akan selamat dari gempa.
GONCANGAN
KEHIDUPAN
Seperti
hanya dengan bumi yang terkadang, bahkan sering terjadi gempa
(getaran/goncangan), begitu juga dengan kehidupan yang mengisi dunia ini. Kehidupan
setiap insan berbeda-beda goncangan dan cara menyikapi goncangan tersebut. Terkadang
goncangan kehidupan yang datang begitu kuat dan sering terjadi goncangan
susulan dalam hidup kita ini. Mungkin Jepang bisa dijadikan rujukan dalam
membangun fisik rumah kita dalam menghadapi gempa. Seiring dengan itu, maka
Islam adalah agama yang diredhoi oleh Allah SWT yang harus kita jadikan rujukan
dalam membangun bathin kita dalam menghadapi goncangan kehidupan ini. Islam
dengan jelas dan rinci mengajarkan kepada kita tentang bagaimana menghadapi
goncangan (persoalan-persoalan/musibah-musibah) dalam menjalani kehidupan ini. Allah
SWT – Sang Khaliq telah mempersiapkan buku petunjuk yang harus kita jadikan
sebagai rujukan kita sebagai makhluk Nya, yakni Al Qur’an dan Rasulullah juga
telah menjabarkannya dalam berbagai Hadit yang Beliau Sabdakan kepada umatnya.
Itu semua bergantung kepada kita saja lagi, apakah kita akan merujuk kepada Al
Qur’an dan Hadis tersebut dalam menghadapi segala goncangan kehidupan ini.
Rasulullah
SAW mengawali dakwahnya adalah dengan membangun pondasi Aqidah dan menanamkan
keimanan di lubuk hati para sahabatnya, sebelum akhirnya Rasulullah SAW
mengajarkan praktek-praktek ibadah fisik. Dan ini sesuai dengan tabiat wahyu,
bahwa kelompok Al Qur’an yang turun di Mekah, sebelum Nabi Hijrah adalah
seputar masalah Aqidah dan Keimanan. Inilah yang terpenting sekali dalam
menghadapi hidup ini. Jangan sampai karena goncangan kehidupan, “Akidah kita
Tergadaikan”, sekali-kali jangan sampai itu yang kita lakukan. Apapun yang akan
terjadi dalam hidup ini, maka "Pondasi Jangan Sampai Hancur". Jangan kotori/cemari
Akidah kita karena sulitnya mendapatkan kebutuhan dan keinginan hidup kita ini.
Mari Kita Pertahankan Aqidah Kita Ini.
Jangan Kita Perserikatkan Allah Dengan Yang Selain Dari Dia.
Mintalah Hanya Kepada Allah SWT.
Dialah Yang Berkuasa Atas Segala Sesuatu.
Semoga Bermanfaat...
Wassalamu’alaykum
Wr Wb...
Komentar
Posting Komentar